SMAK Frateran Ndao Ende Gandeng LPSDM Serva Minora Malang Langsungkan Kegiatan Pemberdayaan SDM Guru dan Tenaga Kependidikan

ENDE|PARADISO INDONESIA – Bertempat di Rumah retret Kerahiman KAE, sejak 5-7 Agustus 2022 berlangsung kegiatan Pemberdayaan SDM Guru dan Tenaga Kependidikan SMAK Frateran Ndao Ende di bawah tajuk: Guru Kuat, Siswa Sukses, Masyarakat Bahagia. Acara ini dikemas dalam bentuk retret dan berlangsung sebagai bagian dari tindak lanjut pengambilan data assessement yang sudah dilakukan sejak Agustus 2021 lalu.

Menanggapi kegiatan ini, Kepala SMAK Frateran Ndao Ende, Fr. M. Florianus, BHK, S.Pd mengatakan bahwa acara ini dilakukan sebagai realisasi program pengembangan SDM Guru dan Tenaga kependidikan di tahun 2022 ini.

Frater, M. Frorianus, BHK, S,Pd. FOTO – IST.

“Tahun depan, kita pasti akan lakukan lagi kegiatan semacam ini dengan tema dan topik kegiatan yang tentu berbeda lagi. Ini dimaksudkan supaya para guru dan tenaga kependidikan setiap tahun mendapat peyegaran semangat kerjanya, tetapi lebih dari itu, supaya mereka juga mendapat tambahan wawasan tentang hidup. Pada kesempatan Retret ini, mereka tidak dijejali hal-hal yang berkaitan langsung dengan tugas rutinnya, tetapi lebih kepada hal-hal di luar itu yang dalam kenyataan memberi banyak pengaruh pada kinerja guru dan karyawan. Hal-hal ini sering kita lupakan. Guru dan karyawan selalu kita minta untuk berperforma maksimal, tapi kita lupa memperhatikan persoalan-persoalan hidup yang mereka alami. Perhatian yang seimbang akan kedua hal ini dapat memberikan gambaran hasil performa seorang guru atau karyawan yang semakin bernas dan berguna bagi banyak orang,” tegas Frater Flory, BHK.

Direktur LPSDM Serva Minora, Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel memberi pendapat senada bahwa kegiatan pemberdayaan guru dan tenaga kependidikan mestinya dipisahkan dalam dua bagian penting, yakni; kegiatan pemberdayaan yang berkaitan langsung dengan hal-hal teknis pelaksanaan tugas guru dan tenaga kependidikan, serta kegiatan pemberdayaan yang tidak berkaitan lansung dengan tugas pokok mereka.

“Selama ini, sepertinya upaya pemberdayaan guru dan tenaga kependidikan tidak dilakukan secara seimbang antara keduanya. Para guru dan tenaga kependidikan selalu dijejali kegiatan hanya demi menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan profesi. Padahal, mereka juga perlu disentuh dari sisi-sisi lain yang sangat memberi efek pada kerja profesional mereka. Berhasil tidaknya kerja profesional mereka sangat ditentukan juga misalnya, oleh kenyamanan kehidupan keluarga mereka, kenyamanan ekonomi, kenyamanan kesehatan, kenyamanan kehidupan sosial, dan lain sebagainya. Fokus pendampingan kali ini lebih menyentuk ada hal-hal di luar tugas rutin dan profesional mereka,” tandas Dosen Universitas Brawijaya ini menutup komentarnya.

Wakasek bidang kurikulum, Abdon Mae, S.si ikut memberi komentar bahwa acara ini unik dan langkah karena tidak diramu dalam format retret sebagaimana biasanya. Kalau format retret biasanya hampir selalu dilakukan dalam pendekatan agama dan rohani. Format retret yang kami alami saat ini sungguh lain karena dilakukan dalam pendekatan antropologi dan spiritual. Tapi spiritual yang dimaksudkan di sini juga sangat berbeda karena spirit yang lebih berorientasi pada konteks spiritualitas semesta sebagaimana yang dijelaskan Romo Provinsial SSCC, Romo Dr. Pankrasius Olak Kraeng, SSCC.

“Saya dan teman-teman hampir memberi kesaksian yang sama bahwa retret yang kami alami kali ini sungguh unik karena beda dengan model retret yang biasa kami lakukan selama ini. Retret yang selama ini kami alami, kami merasa terlalu dominan unsur-unsur doktrin, bacaan rohani, renungan, serta meditasi.  Dengan cara ini, kami dikondisikan untuk lebih banyak belajar otodidak menemukan poin-poin praktis yang dapat kami bawa pulang sebagai bekal hidup. Itu kami akui sebagai model retret yang memang demikian ciri-ciri dan kharakternya. Dengan pola retret yang baru kami alami ini, kami disodorkan konsep-konsep antropologis yang langsung menyentuh kehidupan kami dan itu sangat memberi peluang bagi kami untuk sharing pengalaman. Saling tanggap di antara kami baik peserta maupun pendamping menjadi ruang bagi kami untuk saling memperkaya satu sama lain dalam mengolah persoalan hidup kami masing-masing. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dijelaskan oleh Frater M. Agustinus, BHK dalam materi spiritualitas Bunda Hati Kudus bahwa kekuatan spirit bersama akan mampu mengatasi masalah-masalah hidup pribadi serumit apa pun itu,” tutup Pak Andon mengakhiri kesaksiannya.

Seorang guru peserta Retret, Maria Anita Teku Keli juga ikut memberi kesan yang hampir senada dengan Pak Andon. Bagi dia, retret kali ini sungguh unik sampai hampir semua teman guru ingin lebih lama bersama para narasumber; Dr. Hipo, Romo Dr. Pankras, dan Fr. M. Agustinus, BHK.

“Saya berpikir bahwa retret ini menjadi unik dan menarik karena metode pendekatannya yang berbeda. Kalau dalam retret pada umumnya, para peserta lebih berperan pasif, kalau dalam retret kali ini, peserta lebih banyak diberi ruang untuk aktif berdiskusi dan mengolah bersama persoalan-persoalan yang muncul. Tapi juga mungkin karena retret ini dirancang berdasarkan data assessment sebagaimana dijelaskan ketua tim pendamping, Dr, Hipo di awal pertemuan,” ungkap  Merry Legah.

https://paradiso.co.id/smak-frateran-ndao-ende-gandeng-lpsdm-serva-minora-malang-langsungkan-kegiatan-pemberdayaan-sdm-guru-dan-tenaga-kependidikan